
sekilasdunia.com - Data terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap ada sekitar 23.347 orang Indonesia mengidap penyakit raja singa alias sifilis sepanjang 2024.
Meski termasuk penyakit menular seksual (IMS), penyakit ini tidak hanya diidap oleh mereka yang memiliki gaya hidup seks bebas, tapi juga menyerang siapa pun yang punya gaya hidup berisiko.
“Sifilis gak pilih-pilih. Yang gak ‘nakal’ pun bisa kena. Karena itu, jangan cuma jaga image. Jaga kesehatanmu juga!” papar Kemenkes dalam akun Instagram resminya.
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Menurut Kemenkes, banyak orang yang terinfeksi sifilis tanpa gejala. Padahal, jika dibiarkan penyakit ini dapat berisiko fatal, termasuk rusak otak, serangan jantung, membuat buta, menular ke bayi, dan bisa menjadi gerbang masuk penyakit HIV.
Sifilis kerap dijuluki sebagai “silent disease” dan “the great imitator”. Sekalipun bergejala, sifilis rentan disalahartikan sebagai penyakit lain karena tanda-tandanya mirip penyakit peradangan kulit, eczema, psoriasis, dan herpes.
Sifilis bisa menular lewat kontak seksual vaginal, anal, dan oral, berbagi jarum suntik dengan pengidap sifilis, melalui donor darah atau donor organ, dan lewat luka terbuka pada kulit.
Penyakit ini juga bisa menular saat memberi makan anak dengan sebelumnya dikunyah dulu oleh orang dewasa. Ibu hamil pengidap sifilis pun bisa menularkan penyakitnya kepada janin yang dikandung.
Perlu dicatat, gejala-gejala sifilis kerap menyerupai penyakit lain, sehingga terkadang pengobatan yang diberikan tidak tepat sasaran, atau pengidap menyepelekan tanda-tanda penyakit yang ada. Ada lima gejala yang biasa muncul saat sifilis masih berada di tahap-tahap awal. Berikut rinciannya:
• Luka pada area kelamin, mulut, atau dubur yang tidak terasa sakit. Gejala-gejala ini muncul saat bakteri sifilis baru mulai menginfeksi. Walau begitu, pada tahap ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain
• Muncul ruam atau bercak kemerahan khususnya di telapak tangan dan kaki. Gejala ini biasanya menyusul setelah luka pada area kelamin hilang. Munculnya bercak-bercak merah juga bisa disertai flu, rasa lelah, sakit kepala, nyeri sendi, dan demam
• Lesi mukokutan atau luka di sekitar mulut seperti sariawan
• Rambut rontok
• Pembengkakan kelenjar getah bening
Adapun sifilis terjadi dalam empat tahapan yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, dan sifilis tersier. Beberapa gejala sifilis saat tahap awal (primer), bisa hilang tanpa diobati, antara lain luka pada kelamin, mulut, atau dubur yang tidak terasa sakit sama sekali. Kondisi itu membuat pengidap tidak merasa harus berobat ke dokter.
Luka yang diderita pada stadium primer dapat hilang dalam 3-6 minggu. Walau begitu, infeksi bakteri terus menggerogoti tubuh dan berlanjut ke stadium berikutnya. Sering kali, gejala baru akan tampak lagi saat kondisi sudah terlampau kronis.
Rentang waktu saat gejala hilang sebelum muncul lagi itu disebut sebagai tahap laten, sekaligus sebagai alasan sifilis disebut sebagai 'silent disease'. Ketika sifilis masuk tahap primer dan sekunder, ini adalah masa periode penyakit sangat mudah menular.
Sifilis sudah mencapai kondisi paling berbahaya dan mematikan pada tahap akhir di stadium tersier. Jika tidak diobati, bakteri sifilis bakal merusak organ-organ tubuh antara lain jantung, otak, saraf, pembuluh darah, tulang, kelumpuhan, demensia, tuli, kebutaan, impotensi, kerusakan hati, bahkan kematian.
Kabar baiknya, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotik. Kabar buruknya, sampai infeksi penyakit ini didiagnosis dan diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan permanen bagi tubuh manusia. Sifilis juga sangat berbahaya bagi bayi, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan, kejang, bahkan kematian.
Sementara itu, untuk mencapai diagnosis yang tepat, pasien harus menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium, termasuk tes darah. Ada dua jenis tes darah yang harus dilakukan untuk mendiagnosis sifilis, yaitu Tes Nontreponemal dan Tes Treponemal.
Beberapa kelompok yang harus secara rutin melakukan tes sifilis adalah meliputi ibu hamil, orang yang aktif secara seksual, pengidap HIV, serta orang yang melaksanakan Profilaksis prapajanan (Pre-exposure prophylaxis/PrEP) untuk mencegah HIV.
« Prev Post
Next Post »