sekilasdunia.com - Lebih dari 50 negara kini meninggalkan dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional dan beralih menggunakan tiga mata uang lokal seperti yuan China, rupee India, dan rubel Rusia. Langkah ini mencerminkan percepatan tren dedolarisasi yang digerakkan oleh kerja sama ekonomi negara-negara BRICS.
Perdagangan berbasis mata uang lokal semakin meluas, terutama dalam sektor energi dan pertahanan. Kemitraan antara India dan Rusia menjadi contoh konkret. India saat ini membeli minyak dari Rusia menggunakan rupee, langsung membayar perusahaan Rosneft tanpa melalui sistem pembayaran internasional berbasis dolar.
Di sektor pertahanan, Rusia memasok sekitar dua pertiga kebutuhan militer India. Dalam beberapa tahun terakhir, kesepakatan di sektor ini juga dilakukan menggunakan mata uang lokal ketimbang dolar.
Hal ini mempercepat realisasi perdagangan bilateral lintas negara anggota BRICS dengan mekanisme yang lebih mandiri secara finansial. Volume perdagangan India dan Rusia meningkat tajam, dari 13 miliar dolar AS pada 2021-2022 menjadi USD27 miliar pada 2022. Lonjakan ini sebagian besar didorong oleh metode transaksi alternatif dengan yuan, rupee, dan rubel untuk kebutuhan energi dan teknologi.
Pergeseran juga terjadi di kawasan Timur Tengah. Arab Saudi memperbarui perjanjian tukar-menukar mata uang dengan China dan membuka peluang perdagangan minyak dalam mata uang yuan. Langkah ini dinilai sebagai pukulan serius terhadap dominasi petrodolar di pasar global. Presiden Rusia Vladimir Putin menilai penggunaan dolar sebagai senjata geopolitik justru menjadi bumerang.
"Kami benar-benar melihat hal ini. Saya pikir ini adalah kesalahan besar bagi mereka yang melakukannya," kata Putin dalam KTT BRICS di Kazan beberapa waktu lalu, seperti dikutip Watcher Guru, Senin (9/6/2025).
Sementara, blok Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) turut memperkuat tren dedolarisasi. Lebih dari 85 persen transaksi lintas batas di kawasan tersebut kini dilakukan dengan mata uang nasional masing-masing. Presiden Brasil Luiz Ianan global.
"Dalam menghadapi polarisasi dan fragmentasi, satu-satnácio Lula da Silva menyatakan bahwa unilateralisme ekonomi mengancam tatunya jalan ke depan adalah mempertahankan multilateralisme secara konsisten," tegas Lula dalam forum BRICS yang sama.
Seiring penguatan dedolarisasi, negara-negara BRICS mengembangkan sistem pembayaran alternatif bernama BRICS Pay. Meskipun belum memiliki mata uang tunggal, sistem ini memungkinkan perdagangan lintas batas dalam mata uang lokal, mempermudah transaksi tanpa melibatkan sistem perbankan Barat.
BRICS Pay juga menjadi solusi bagi negara-negara yang ingin menghindari risiko sanksi ekonomi. Infrastruktur ini memungkinkan mekanisme pembayaran yang lebih fleksibel, independen, dan berkelanjutan di tengah ketegangan geopolitik global. Dengan infrastruktur baru ini, lebih dari 50 negara kini aktif melakukan perdagangan luar negeri tanpa dolar.
Ekspansi penggunaan yuan, rupee, dan rubel diperkirakan akan terus meluas seiring meningkatnya kerja sama ekonomi global berbasis multipolar. Fenomena ini mencerminkan transformasi besar dalam lanskap ekonomi internasional, yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga politik dan strategis. Dedolarisasi bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang terus bergulir.
« Prev Post
Next Post »