
sekilasdunia.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan tumbuh 4,04 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq).
Realisasi pertumbuhan ekonomi secara tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal II 2024 sebesar 5,05 persen (yoy), dan lebih tinggi jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87 persen (yoy).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II 2025 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.947 triliun, sementara berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.396,3 triliun.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor mencatatkan pertumbuhan positif. Jasa lainnya menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni 11,31 persen. Lompatan ini dipicu oleh tingginya mobilitas masyarakat selama libur Hari Besar Keagamaan Nasional, cuti bersama, dan liburan sekolah, yang turut mendorong kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
Sektor transportasi dan pergudangan serta jasa perusahaan juga menunjukkan performa kuat, masing-masing tumbuh 8,52 persen dan 9,31 persen. Industri pengolahan tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 1,13 persen terhadap PDB. Disusul perdagangan 0,70 persen, informasi dan komunikasi 0,53 persen, serta konstruksi 0,47 persen.
Subsektor industri makanan dan minuman tumbuh 6,15 persen, ditopang permintaan domestik dan ekspor untuk produk seperti CPO, minyak goreng, dan makanan olahan. Industri logam dasar melonjak 14,91 persen karena permintaan luar negeri terhadap produk besi dan baja. Industri kimia dan farmasi pun tumbuh 9,39 persen, mencerminkan kebutuhan tinggi akan produk kesehatan baik di dalam maupun luar negeri.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi tulang punggung ekonomi dengan kontribusi 54,25 persen terhadap PDB. Konsumsi masyarakat tumbuh 4,97 persen, didorong peningkatan belanja kebutuhan primer serta mobilitas masyarakat yang tinggi selama masa libur panjang.
“Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur Hari Besar Keagamaan Nasional dan juga Hari Libur Sekolah,” ungkap Edy.
Selain konsumsi, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 27,83 persen terhadap PDB dan tumbuh signifikan. Belanja modal pemerintah naik 30,37 persen yoy, didorong pengadaan mesin dan peralatan. Impor barang modal juga meningkat 28,16 persen, mencerminkan geliat investasi swasta dan belanja infrastruktur.
Ekspor dan impor sama-sama tumbuh, terutama ekspor non-migas seperti lemak hewani/nabati, logam, mesin, dan kendaraan. Ekspor jasa meningkat berkat kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara impor naik karena lonjakan barang modal dan bahan baku.
« Prev Post
Next Post »