Satu Minggu Aksi Mahasiswa UGM Desak Rektorat Nyatakan Mosi Tidak Percaya

sekilasdunia.com - Aksi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah berlangsung selama tujuh hari di halaman Balairung kampus menyoroti satu tuntutan utama: meminta rektorat menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga penyelenggara negara. 

Dalam dialog yang digelar pada Rabu (21/5/2025) sore, mahasiswa secara tegas membacakan sembilan poin tuntutan. Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah desakan agar UGM mengambil sikap politik akademik dengan menyatakan mosi tidak percaya kepada eksekutif, legislatif, dan yudikatif atas kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.

"Kami menuntut rektorat untuk menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga penyelenggara negara, khususnya eksekutif, legislatif, dan yudikatif, karena menghasilkan keputusan dan atau kebijakan yang merugikan rakyat," ujar salah satu mahasiswa dalam forum dialog bersama Rektor UGM Prof Ova Emilia.

Menanggapi tuntutan itu, Sekretaris Universitas Gadjah Mada, Andi Sandi, menyatakan bahwa mosi tidak percaya bukanlah sikap yang tepat bagi institusi pendidikan tinggi seperti UGM.

Ia menegaskan bahwa kampus tetap menjaga netralitas dan mengedepankan pendekatan akademik dalam menyampaikan kritik. 

"Kami kalau dikatakan mosi tidak percaya, itu saya kira statement yang agak kurang tepat bagi sebuah institusi pendidikan. Meskipun dari langkah-langkah itu bisa disimpulkan bahwa sebenarnya kami tetap kritis, tidak pernah berhenti untuk memberikan kritik," kata Andi Sandi usai dialog. 

Ia menambahkan, UGM tetap bersikap kritis dan aktif dalam menyuarakan advokasi serta memberikan solusi, namun tetap berada dalam koridor keilmuan dan bukan sikap politis ekstrem seperti mosi tidak percaya. 

"Di sisi yang lain, ketika kritik kita advokasi, kita juga memberikan solusi," imbuhnya.

Dialog yang dimulai pukul 15.40 WIB itu sempat berlangsung lancar, tetapi setelah azan magrib berkumandang, Rektor Prof Ova Emilia meninggalkan lokasi untuk beribadah. 

Sejumlah mahasiswa yang belum puas dengan tanggapan rektorat mencoba mengejar mobil rektor untuk melanjutkan dialog. 

"Ibu (rektor) kan belum shalat. Pada saat itu ada sedikit gesekan dengan teman-teman mahasiswa karena masih ingin Bu Ova ada di situ. Namun, kan orang mau ibadah," kata Andi Sandi menjelaskan. 

Meski sempat terjadi ketegangan, pihak rektorat menyatakan bahwa semua poin telah ditanggapi secara terbuka dalam forum tersebut, dengan waktu dialog yang telah diperpanjang dari rencana awal.

Previous
« Prev Post

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *